Pengembangan mobil Esemka yang dirakit para siswa Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) di Solo Jawa Tengah saat mulai berkurang gaungnya.
Walikota Solo FX Rudy Hadyatmo menyatakan, produksi mobil nasional Esemka memiliki keuntungan ganda berupa kebanggaan karena bisa mengembangan mobil nasional dan juga menambah lapangan usaha dan lapangan kerja.
Mobil yang telah mendapat ijin lulus uji-otomotif di Serpong, Jakarta sudah dalam proses produksi untuk memenuhi pesanan namun kini terkendala masalah modal.
Walikota Solo FX Hadi Rudyatmo menjelaskan kebijakan pemerintah yang memberi ijin masuk peredaran mobil murah dinilai tidak adil. Harusnya pemerintah lebih lebih berpihak pada perkembangan mobil nasional misalnya dengan memberi kemudahan dalam permodalan terhadap perkembangan mobnas.
"Mobil murah itu kan buatan luar negeri, kenapa dibiarkan. Sedang Esemka justru tidak diperhatikan, kalau saya jadi presiden ya malu," ungkapnya baru-baru ini.
Sampai saat ini Rudi yang juga motivator produk Esemka menyatakan, mobil Esemka yang sudah meluncur di pasaran telah mencapai 200 unit. Namun saat ini Produsen Esemka terkendala masalah permodalan sehingga untuk mengembangkan produknya menjadi sulit.
Saat ini, PT Solo Manufaktur Kreasi (SMK) selaku produsen mobil Esemka agar bisa bertahan dalam memproduksi mobil dengan menerapkan sistem pembayaran uang muka (inden) terhadap setiap mobil yang di pesan. Uang muka calon pembeli itu yang di pakai PT SMK untuk modal produksi.
"Kita ingin agar produk Esemka sebagai pelopor industri Mobnas mendapat perhatian secara khusus dari pemerintah. Yang utama Pemerintah harus memberikan kemudahan dalam hal permodalan," harapnya.
Andai pemerintah mau membantu permodalan untuk memproduksi mobil Esemka menurut Rudy, harga jual per unit mobil jenis "Rajawali" tidak berbeda jauh dengan harga mobil LCGC yang yang dijual seharga Rp 95 juta.
Dari harga jual Rp95 juta, UKM yang merupakan produsen suku cadang dapat menikmati hasilnya sebab 80 persen kondungan sparepart lokal Esemka diproduksi UKM.
Walikota Solo FX Rudy Hadyatmo menyatakan, produksi mobil nasional Esemka memiliki keuntungan ganda berupa kebanggaan karena bisa mengembangan mobil nasional dan juga menambah lapangan usaha dan lapangan kerja.
Mobil yang telah mendapat ijin lulus uji-otomotif di Serpong, Jakarta sudah dalam proses produksi untuk memenuhi pesanan namun kini terkendala masalah modal.
Walikota Solo FX Hadi Rudyatmo menjelaskan kebijakan pemerintah yang memberi ijin masuk peredaran mobil murah dinilai tidak adil. Harusnya pemerintah lebih lebih berpihak pada perkembangan mobil nasional misalnya dengan memberi kemudahan dalam permodalan terhadap perkembangan mobnas.
"Mobil murah itu kan buatan luar negeri, kenapa dibiarkan. Sedang Esemka justru tidak diperhatikan, kalau saya jadi presiden ya malu," ungkapnya baru-baru ini.
Sampai saat ini Rudi yang juga motivator produk Esemka menyatakan, mobil Esemka yang sudah meluncur di pasaran telah mencapai 200 unit. Namun saat ini Produsen Esemka terkendala masalah permodalan sehingga untuk mengembangkan produknya menjadi sulit.
Saat ini, PT Solo Manufaktur Kreasi (SMK) selaku produsen mobil Esemka agar bisa bertahan dalam memproduksi mobil dengan menerapkan sistem pembayaran uang muka (inden) terhadap setiap mobil yang di pesan. Uang muka calon pembeli itu yang di pakai PT SMK untuk modal produksi.
"Kita ingin agar produk Esemka sebagai pelopor industri Mobnas mendapat perhatian secara khusus dari pemerintah. Yang utama Pemerintah harus memberikan kemudahan dalam hal permodalan," harapnya.
Andai pemerintah mau membantu permodalan untuk memproduksi mobil Esemka menurut Rudy, harga jual per unit mobil jenis "Rajawali" tidak berbeda jauh dengan harga mobil LCGC yang yang dijual seharga Rp 95 juta.
Dari harga jual Rp95 juta, UKM yang merupakan produsen suku cadang dapat menikmati hasilnya sebab 80 persen kondungan sparepart lokal Esemka diproduksi UKM.
0 komentar:
Posting Komentar